Senin, November 03, 2008

Kalian Mau Jadi Anakku?


Sejak aku dan ayahmu pacaran sekitar enam tahun lebih yang lalu, ayahmu selalu bilang bahwa betapa lucunya anak-anak kami nanti. Percakapan yang awalnya kupikir ’silly’ karena terlalu jauh, itu.. pikirku. tapi justru seiring waktu, itu jadi perekat kami. Membayangkan kalian sebagai buah cinta kami, membuat semua pertengkaran bisa mendingin karena ‘kami tetap ingin jadi orang tua kalian’.

Dan, ketika waktunya tiba, saat aku dan ayahmu sudah resmi menjadi suami istri di depan altar, kami lalu berdoa sebelum becinta untuk pertama kalinya, bahwa jika boleh, biarlah ini jadi awal yang indah untuk jadi awalnya kehidupan kalian. Aku dan ayahmu sangat saling mencintai, dan ungkapan cinta tertinggi ini bukan semata kenikmatan badaniah kami berdua semata. Tapi kami juga ingin segera membagikan luapan cinta kami yang membuncah ini bersama anak-anak. Kamu.

Dan ternyata, saat Tuhan campur tangan dalam segala keajaiban, hadirlah kamu. Saat itu kami memanggilmu ‘dedek’ saja, tanpa tahu ternyata kalian ada berdua di sana. Dan, setelah tahu kalian ada di sana…

Hati kami benar-benar luap dengan rasa bahagia. Bagaimana kami dapat menggambarkannya? Aku dan ayahmu tak punya cukup kosakata untuk itu. Sangat luarbiasa, ajaib, limpah syukur, debar-debar, bahagia.. ah, kalian itu adalah berkah terindah.

Sekarang, kalian sudah sebesar pisang ambon di perutku ini. Tendangan dan sikutan kalian mulai bisa terasa, dan itu menggairahkan ku dan ayahmu. Betapa dia selalu mengajak kalian bicara di udelku yang mulai dangkal, mengusek-usekkan kumis tipisnya di perutku yang mulai tegang, dan tiap kali pulang atau berangkat kerja, kalianlah yang diciumnya terlebih dahulu. Tidak, aku sama sekali tidak cemburu. Karena ciumannya mewakili ciumanku juga. Aku sulit sekali kalau mau mencium perutku sendiri, bukan?

Jadi, kuharap kalian mau jadi anak-anak ku dan ayahmu. Kami akan melimpahi kalian dengan cinta, cinta yang dewasa dan kadang galak, tanpa membedakan atau menyamakan kalian walau kalian dibesarkan bersamaan di perutku. Kami akan selalu membuat kalian nyaman menjadi seorang pribadi, tanpa memaksakan keinginan kami padamu, karena kami tahu kalian adalah makhluk yang punya takdir sendiri yang sementara dititipkan Tuhan untuk kami temani. Besok nanti, kalian akan terbang dengan gagah. Dan tugas kami adalah menguatkan sayap-sayap kalian. Kami punya tangan yang cukup untuk menangani popok-popok kalian, hati yang luas untuk mencintai kalian, tempat tidur yang hangat untuk kalian, dan panci yang besar untuk merebus sop untuk kalian. Jemuran kami luas untuk menampung semua baju kalian, rumah kami luas untuk lari-lari kalian, kami juga sudah beli kolam karet untuk kalian belajar berenang. Dan, kepala kami sudah penuh dengan kalian.

Jadi, mau kan jadi anak-anak kami?

Karena kami setengah mati merindukan kalian.

1 komentar:

Devie Carol mengatakan...

Hehehe silp, satu kesan yang aku dapet setelah baca ini...
entah kenapa aku malah ngakak setengah mati, serius, bukan bermaksud mengejek atau menghina, tapi hahahaha (sek arep ngguyu).
"kami lalu berdoa sebelum becinta untuk pertama kalinya", hmmm sungguh mulia, berdoa terus sampai lupa bercinta (:D just kiddin').
Selamat ya, kayaknya kalian lagi berbunga-bunga dan melimpah2 bunga cinta kalian. Hm..moga2 aja terus2an kayak gitu, jangan sampai.... (jadi inget masa-masa mu sempet 'meragukan' calon suamimu dulu). Peace !
Good luck and GBU !